Indra F Sabban
14/372574/PBI/1279
A. Pendahuluan Reptil (binatang melata) adalah sebuah kelompok hewan vertebrata yang berdarah dingin dan memiliki sisik yang menutupi tubuhnya. Reptilia adalah tetrapoda (hewan dengan empat tungkai) dan menelurkan telur yang embrionya diselubungi oleh membran amniotik. Ular merupakan salah satu reptil yang paling sukses berkembang di dunia. Hal ini dibuktikan dengan keberadaannya sampai saat ini sebagai salah satu makhluk hidup yang mampu bertahan dengan kondisi lingkungannya sehingga mampu melestarikan keturunannya dalam jumlah yang melimpah. Ular adalah reptil yang tak berkaki dan bertubuh panjang.
Akan tetapi, apabila dijumpai kasus-kasus kadal tak berkaki (misalnya Ophisaurus spp.) karakter ini menjadi kabur dan tidak dapat dijadikan pegangan. Oleh sebab itu, para ilmuwan berusaha meneliti terkait dengan asal usul ular, cara berjalan yang khas, habitat awal, terjadinya evolusi serta bentuk pertahanan dirinya untuk menjaga kelangsungan hidup hingga saat ini. Data otentik mengenai penelitian ini adalah bahwa telah ditemukan fosil ular dengan sebuah sacrum, yakni sejenis tulang yang mendukung bagian pinggulnya. Bagian tubuh ini diduga sepasang kaki mirip yang dijumpai pada kadal, hanya bedanya kadal memiliki empat kaki. Endapan di sekitar fosil juga berada di daratan sehingga fosil-fosilnya mungkin tidak terlalu lengkap. Karena fosil hewan-hewan purba dari masa permulaan lebih terjaga di lingkungan laut. Sebuah fosil hewan terkunci di batu gamping Libanon telah terbukti menjadi penemuan yang sangat berharga, yaitu ular dengan dua kaki.
Fenomena cara ular berjalan dan asal usulnya menjadi topik perdebatan yang kontroversial bagi para ilmuwan, terlebih setelah ditemukannya fosil-fosil ular purba yang diduga memiliki kaki dan sacrum serta berbagai organ yang selanjutnya mengalami reduksi dan tidak ditemukan pada organisme ular masa sekarang. Berangkat dari permasalahan tersebut, saya menyusun makalah ini untuk memberikan informasi, penjelasan dan gambaran mengenai profil, sejarah perkembangan dan evolusi ular.
B. Pembahasan
Ular adalah reptil yang tak berkaki dan bertubuh panjang. Ular memiliki sisik seperti kadal dan sama-sama digolongkan ke dalam reptil bersisik (Squamata). Perbedaannya adalah kadal pada umumnya berkaki, memiliki lubang telinga, dan kelopak mata yang dapat dibuka tutup. Akan tetapi untuk kasus-kasus kadal tak berkaki (misalnya Ophisaurus spp.) perbedaan ini menjadi kabur dan tidak dapat dijadikan pegangan.
Ular merupakan salah satu reptil yang paling sukses berkembang di dunia. Di gunung, hutan, gurun, dataran rendah, lahan pertanian, lingkungan pemukiman, sampai ke lautan, dapat ditemukan ular. Hanya saja, sebagaimana umumnya hewan berdarah dingin, ular semakin jarang ditemui di tempat-tempat yang dingin, seperti di puncak-puncak gunung, di daerah Irlandia dan Selandia baru dan daerah daerah padang salju atau kutub.
Banyak jenis-jenis ular yang sepanjang hidupnya berkelana di pepohonan dan hampir tak pernah menginjak tanah. Banyak jenis yang lain hidup melata di atas permukaan tanah atau menyusup-nyusup di bawah serasah atau tumpukan bebatuan. Sementara sebagian yang lain hidup akuatik atau semi-akuatik di sungai, rawa, danau, dan laut.
Ular memangsa berbagai jenis hewan lebih kecil dari tubuhnya. Ular-ular perairan memangsa ikan, kodok, berudu, dan bahkan telur ikan. Ular pohon dan ular darat memangsa burung, mamalia, kodok, jenis-jenis reptil yang lain, termasuk telur-telurnya. Ular-ular besar seperti ular sanca kembang dapat memangsa kambing, kijang, rusa dan bahkan manusia.
Ular memakan mangsanya bulat-bulat, tanpa dikunyah menjadi keping-keping yang lebih kecil. Gigi di mulut ular tidak memiliki fungsi untuk mengunyah, melainkan sekedar untuk memegang mangsanya agar tidak mudah terlepas. Agar lancar menelan, ular biasanya memilih menelan mangsa dengan kepalanya lebih dahulu. Beberapa jenis ular, seperti sanca dan ular tikus, membunuh mangsa dengan cara melilitnya hingga tak bisa bernapas. Ular-ular berbisa membunuh mangsa dengan bisanya, yang dapat melumpuhkan sistem saraf pernapasan dan jantung (neurotoksin), atau yang dapat merusak peredaran darah (haemotoksin), dalam beberapa menit saja. Bisa yang disuntikkan melalui gigitan ular itu biasanya sekaligus mengandung enzim pencerna, yang memudahkan pencernaan makanan itu apabila telah ditelan. Untuk menghangatkan tubuh dan juga untuk membantu kelancaran pencernaan, ular kerap kali perlu berjemur (basking) di bawah sinar matahari.
Kebanyakan jenis ular berkembang biak dengan bertelur. Jumlah telurnya bisa beberapa butir saja, hingga puluhan dan ratusan butir. Ular meletakkan telurnya di lubang-lubang tanah, gua, lubang kayu lapuk, atau di bawah timbunan daun-daun kering. Beberapa jenis ular diketahui menunggui telurnya hingga menetas; bahkan ular sanca ‘mengerami’ telur-telurnya. Sebagian ular, seperti ular kadut belang, ular pucuk dan ular bangkai laut ‘melahirkan’ anak. Sebetulnya tidak melahirkan seperti halnya mamalia, melainkan telurnya berkembang dan menetas di dalam tubuh induknya (ovovivipar), lalu keluar sebagai ular kecil-kecil. Sejenis ular primitif, yakni ular buta atau ular kawat Rhampotyphlops braminus, sejauh ini hanya diketahui yang betinanya. Ular yang mirip cacing kecil ini diduga mampu bertelur dan berbiak tanpa ular jantan (partenogenesis). Dalam perkembangan hidupnya ular juga mengalami evolusi.
Sebuah fosil yang ditemukan di Argentina diprediksi sebagai ular paling primitif yang pernah ditemukan. Berdasarkan susunan anatominya, fosil ini memperlihatkan bahwa semasa hidup ular menghuni daratan. Ini terbukti dengan adanya dua kaki. Selama ini, ilmuwan meyakini bahwa ular awalnya adalah hewan menyerupai kadal berkaki empat yang mengalami evolusi sehingga kehilangan keempat kakinya. Namun, ada juga kalangan ilmuwan yang beranggapan bahwa nenek moyang kadal pada dasarnya adalah hewan air.
Temuan baru ini berupa fosil hewan mirip ular yang digali di daerah Patagonia. Usia ular tersebut diperkirakan sekitar 90 juta tahun. Fosil ini merupakan fosil ular pertama yang ditemukan dengan sacrum, komponen bertulang yang menahan tulang panggul. Tulang tersebut lambat laun hilang pada kadal yang berkembang menjadi ular. Mungkin ini fosil ular tertua karena satu-satunya yang masih memiliki sacrum.
Ilmuwan telah menemukan fosil ular dengan sebuah sacrum, yakni sejenis tulang yang mendukung bagian pinggulnya. Bagian tubuh ini diduga sepasang kaki mirip yang dijumpai pada kadal, hanya bedanya kadal memiliki empat kaki. Kedua kaki itu kemungkinan besar berfungsi sebagai alat penggali tanah karena mereka hidup di atas dan di dalam tanah sekaligus. Endapan di sekitar fosil juga berada di daratan. Jadi, jika ular tertua hidup di darat, berarti ular memang berkembang di darat. Jika ular berkembang di darat dan bukannya di laut, fosil-fosilnya mungkin tidak terlalu lengkap. Sebab, fosil hewan-hewan purba dari masa permulaan lebih terjaga di lingkungan laut.
Walau ular primitif memiliki dua kaki, hewan tersebut tetap melata seperti ular modern yang dikenal saat ini. Ular bahkan mempergunakan dua kakinya hanya pada saat tertentu saja apabila memang diperlukan. Fosil ular ini diberi nama Najash rionegrina. Nama ini berasal dari bahasa Ibrani yang berarti ular, digabungkan dengan nama tempat Rio Negro, lokasi di mana fosil itu digali. Jack Conrad, ilmuwan dari American Museum of Natural History, New York, berpendapat bahwa fosil ini dapat menjadi petunjuk mengenai asal usul ular, bagaimana mereka berevolusi, dan banyak lagi.
Selain bukti di atas, seekor ular berkaki juga ditemukan di rumah Dean Qiongxiu di wilayah Suining, barat daya China. Ular tersebut memiliki sebuah kaki yang juga dilengkapi dengan kuku. Ular berkaki itu memiliki panjang sekitar 16 inci dan pada kakinya terdapat empat jari kecil. Bukti yang ketiga sebuah fosil hewan terkunci di batu gamping Libanon telah terbukti menjadi penemuan yang sangat berharga mengenai ular dengan dua kaki. Fosil tersebut memilih tubuh memanjang sekitar 85 centimeter. Para ilmuwan memberinya nama spesies Eupodophis descouensi.
Hewan ini diperkirakan hidup di Zaman Cretaceous, sekitar 92 juta tahun lalu. Fosil yang ditemukan di daerah al Nammoura, Lebanon tahun 2000 itu tidak dalam kondisi utuh. Sebagian ruas tulang belakangnya telah hilang. Selain itu, bagian ekor juga telah terpisah dan berada di dekat kepalanya. Menurut para ahli adanya tulang-tulang kemungkinan besar menyusun salah satu kaki belakangnya. Tulang-tulang tersebut hanya sepanjang 2 centimeter dan diperkirakan tidak digunakan untuk berjalan. Dengan pemindai sinar-X, para peneliti dari European Light Source (ESRF) di Grenoble, Prancis bahkan dapat melihat kaki pasangannya yang tak terlihat di balik batu. Ular sudah ada lebih lama dari manusia modern, kecuali di daerah kutub dan di beberapa pulau, mereka tersebar di seluruh dunia. Agama menghubungkan ular dengan kekuatan mistis, mempengaruhi emosi manusia mulai dari rasa hormat hingga rasa takut.
Ular hidup diantara kita tetapi kita sulit menerima mereka di dekat rumah kita, baik kita melihat mereka ataupun tidak. Dalam sejarah manusia, ular adalah objek mitos dan legenda biasanya sebagai setan. Di taman firdaus setan menyamar sebagai ular, ia dikutuk oleh Tuhan untuk berjalan dengan perutnya. Dibanyak budaya ular dihormati dan dianggap berkuatan gaib. Di bagian utara afrika selatan, akan dilakukan ritual kesuburan manusia, wanita-wanita muda suku menari mengelilingi api tangan mereka berkaitan satu sama lain sebagai symbol ular sanca (pengatur kehamilan). Orang meksiko kuno percaya bahwa ular adalah dewa. Menghubungkan antara neraka dan surga, dunia dan jagat raya. Dalam bahasa kebudayaan yang hilang ini, rasi scorpio disebut amaru (yang berarti ular). Rasi ini mempunyai pengaruh spiritual terhadap budaya di amerika tengah dan selatan. Manusia selalu tergoda untuk memitoskan ular, tak sulit untuk mengetahui alasannya.
Kepercayaan penduduk Irlandia, semua ular yang ada di negeri itu telah diusir keluar oleh Santo Patrick, dan hingga sekarang hari tersebut menjadi perayaan yang sering dikenal dengan “St. Patrick Day”. Mitologi Yunani ular lebih erat hubungannya dengan Medusa, wanita cantik yang mempunyai banyak ular sebagai rambutnya. Kepercayaan masyarakat Yunani kuno mengatakan bahawa siapa saja yang menatap langsung mata medusa maka orang tersebut akan berubah menjadi batu. Dalam kepercayaan orang Mesir ular kobra merupakan penyebab dari kematian ratu mesir yang terkenal, yaitu Cleopatra.
Kebudayaan masyarakat Jawa, ular dipandang sebagai perwujudan “Dewi Sri”, Dewi Sri turun ke Bumi mengambil rupa ular sawah. dewi yang sering digambarkan sebagai pelindung para petani. Kepercayaan budaya Jawa sampai sekarang masih percaya bahwa setiap ular yang ada di persawahan mereka merupakan perwujudan dari Dewi Sri, dan kebanyakan dari merka akan tetap membiarkan ular itu , bahkan ada yang sampai memberikan “sesaji” di persawahan mereka.
Nenek moyang ular muncul dari percobaan evolusi yang menyebabkan mereka tidak memiliki anggota tubuh. Mereka adalah cerita sukses dari dunia alamiah. Lokasi geografis memaksa memaksa semua hewan berevolusi dengan caranya, ilmuwan dapat melacak evolusi ular dengan mempelajari DNA. Asal mula ular tidak begitu jelas itu terjadi sekitar lebih dari 100 juta tahun lalu, para peneliti cukup yakin bahwa ular berkembang dari suatu jenis kadal. Apapun jenisnya, pada saat kritis tertentu, mereka dianggap sebagai mahkluk yang hidup di lubang dan tubuhnya berubah. Jika kita dapat lihat, ketiadaan anggota tubuh dan panjang tubuhnya merupakan evolusi yang terjadi secara terus-menerus, mungkin kadal tertentu kehilangan kaki dan menjadi mahkluk yang merayap. Kebanyakan berevolusi belum begitu banyak, kita punya beberapa saja saat ini. Salah satunya adalah ular. Percobaan itu dapat dilihat di rangka dekat ekor ular sanca, taji yang tajam mencuat pada sanca hidup.
Melalui evolusi yang unik, ular membuktikan tidak perlu anggota tubuh untuk berlari, melompat atau berenang. Hidup di laut membuat ular Laut beradaptasi dengan tantangannya, ekor menyerupai dayung dan memiliki sirip disepanjang perutnya. Hal ini dapat membuatnya meluncur di dalam air. Ia mempuyai paru-paru yang membujur hampir sepanjang tubuh. Dengannya ia mampu menyelam sedalam 300 kaki, sekali nafas ia mampu bertahan selama 5 jam di dalam air. Untuk dapat cepat membunuh ikan dan belut mereka mempunyai bisa yang kadarnya lebih tinggi dari Kobra. Beradaptasi dengan baik di laut, daerah kering bukanlah tempatnya. Kebanyakan ular laut tidak memiliki sisik yang dapat digunakan untuk mencengkam tanah dan yang dapat memungkinkan mereka dapat bergerak dan bertahan hidup di darat.
Semua ular memiliki bentuk tubuh yang sama banyak variasi pada polanya. Dengan panjang 3 meter, Ular Python akan tumbuh lebih panjang 5 kali dari Ular Koros pada umumnya. Berat yang dimiliki Ular Anaconda Hijau akan 7000 kali lebih berat dari Ular Buta, yang merupakan ular terkecil di dunia. Ada sekitar 2700 spesies ular yang berbeda, 70% diantaranya menetas dari telur, yang lainnya keluar dari kulit telur yang lentur.
Taring bisa terdapat pada 25% dari semua jenis ular. Semua jenis mempunyai metode bertahan dan menyerang yang teradaptasi dengan lingkungannya, mulai dari hutan hujan hingga gurun. Ekor ular cantle menyerupai cacing sehingga jika ada kodok yang melihat maka kodok yang semula berperan sebagai pemangsa berubah menjadi mangsa. Ular hidup secara diam-diam, bergerak secara cepat dan tepat. Hidup di pucuk pohon hingga ke kedalaman laut, ular merubah hal yang tidak menguntungkan menjadi evolusi yang menarik. Makhluk yang tidak memiliki anggota tubuh adalah sesuatu yang spektakuler karena dapat bertahan hidup dan kadang sangat ditakuti.
Ular biasanya tidak agresif, mereka menyerang manusia hanya kebetulan atau sebagai pertahanan diri, kebanyakan
Cara Ular Bergerak
- Serpentin (Serpentine) ular bergerak maju dalam kurva berbentuk huruf “S” dengan sisi-sisi tubuh mendorong permukaan tanah yang tidak rata. Gerakan ini biasanya dilakukan di tanah maupun di air. Di air gerakan ini mudah dilakukan karena kontraksi nya dapat mendorong air terus menerus, sedangkan di tanah gerakan ini di bantu oleh kontur tanah maupun bebatuan.
- Konsertina (Concertina) ular memendekkan dan memanjangkan tubuhnya dengan ekor menambatkan tubuh. Gerakan ini biasanya di lakukan di permukaan yang datar, juga di gunakan oleh ular untuk memanjat.
- Linier (Caterpillar) ini merupakan pergerakan ular yang lambat dengan menggunakan gelombang kontraksi otot menggerakkan tubuh ular ke depan dengan sisik-sisik perut mencengkram tanah
- Menyamping (Sidewinding) kepala ular bergerak ke samping dan maju, diikuti bagian tubuh lainnya dengan jejak berbentuk batang yang jelas.
Lamarck merupakan salah satu tokoh evolusi yang menjelaskan mekanisme evolusi ular, bagaimana ular yang semula berkaki namun evolusi menjadi ular modern yang tidak berkaki. Adapun teori Lamarck adalah sebagai berikut :
- Bahwa di bumi ini mula-mula timbul makluk hidup yang sederhana, yang mungkin berasal dari benda-benda mati (dengan jalan Generatio Spontanea), akan tetapi dari makluk yang sederhana ini kemudian dalam tempo yang panjang sekali timbullah jenis-jenis makluk yang hidup sampai sekarang, tanpa ada penghentian jalannya kehidupan seperti yang dimaksudkan dalam cerita kiamat dari kitab Injil ataupun teori bencana menurut Cuvier. Teori evolusi menganggap bahwa hewan bersela satu sebagai permulaan evolusi dan menganggap manusia sebagai akhir evolusi.
- Diantara sebab-sebab yang menyelenggarakan perubahan-perubahan dan penyempurnaan tubuh makluk hidup, Lammarck mengemukakan bahwa pentingnya mempergunakan dan tidak mempergunakan alat tubuh tertentu. Kalau sebuah alat tubuh sering digunakan maka ia akan tumbuh sempurna dan bila ia jarang digunakan ataupun tidak digunakan sama sekali maka ia akan terbelakang tumbuhnya, sedang tiap-tiap perubahan yang dialami oleh individu itu selama masa hidupnya kelak akan diturunkan kepada keturunanya, sehingga kelak sifat itu tampak sempurna pada keturunannya.
Lammarck memberi contoh Ular adalah binatang yang mempunyai kebiasaan untuk merangkak/merayap dengan cepat masuk ke dalam tanah, kalau mereka mau bersembunyi. Kaki-kaki yang panjang malah merugikan untuk merangkak dan bersembunyi di dalam tanah dan keberadaan kaki tersebut justru merintangi gerakan. Jadi kebiasaan bergerak dari ular menyebabkan lenyapnya kaki-kaki pada tubuhnya sendiri. Selain hal ini karena kebutuhannya, ular terpaksa merayap diatas batang, sehingga kaki jarang digunakan sebab mereka harus melata. Akhirnya dalam waktu yang sangat lama, kaki yang tidak digunakan menghilang dan tubuh memanjang.
C. Penutup
Ilmuwan meyakini bahwa ular awalnya adalah hewan menyerupai kadal berkaki empat yang mengalami evolusi sehingga kehilangan keempat kakinya. Ilmuwan telah menemukan fosil ular dengan sebuah sacrum, yakni sejenis tulang yang mendukung bagian pinggulnya. Bagian tubuh ini diduga sepasang kaki mirip yang dijumpai pada kadal. Kedua kaki itu kemungkinan besar berfungsi sebagai alat penggali tanah karena mereka hidup di atas dan di dalam tanah sekaligus. Walau ular primitif memiliki dua kaki, hewan tersebut tetap melata seperti ular modern yang dikenal saat ini. Ular bahkan mempergunakan dua kakinya hanya pada saat tertentu saja apabila memang diperlukan. Fosil ular ini diberi nama Najash rionegrina. Selain fosil ini juga ditemukan fosil yang memiliki sebuah kaki yang juga dilengkapi dengan kuku. Bukti yang ketiga sebuah fosil ular berkai dua di libanon. Para ilmuwan memberinya nama spesies Eupodophis descouensi. Hewan ini diperkirakan hidup di Zaman Cretaceous, sekitar 92 juta tahun lalu. Lamarck merupakan salah satu tokoh evolusi yang menjelaskan mekanisme evolusi ular, bagaimana ular yang semula berkaki namun evolusi menjadi ular modern yang tidak berkaki. Lammarck memberi contoh Ular adalah binatang yang mempunyai kebiasaan untuk merangkak/merayap dengan cepat masuk ke dalam tanah, kalau mereka mau bersembunyi. Kaki-kaki yang panjang malah merugikan untuk merangkak dan bersembunyi di dalam tanah dan keberadaan kaki tersebut justru merintangi gerakan. Jadi kebiasaan bergerak dari ular menyebabkan lenyapnya kaki-kaki pada tubuhnya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim a. 2012. Evolusi Ular Yang Tidak Berbisa. http://www.anehdidunia.com/2012/08/evolusi-ular-yang- tidak-biasa.html (Diakses pada 6 November 2014)
Anonim b. 2013. Evolusi Cepat Ular Melampaui Vertebrata Lain. http://www.laporanpenelitian.com/2013/12/2.html (Diakses pada 6 November 2014)
Wikipedia. 2014. Ular. http://id.wikipedia.org/wiki/Ular (Diakses pada 6 November 2014)
Yunanto Wiji Utomo. 2012. Asal Usul Ular. http://sains.kompas.com/read/2012/07/27/13530121/Asal.Usul.Ular.Terpecahkan (Diakses pada 6 November 2014)
Comments