Skip to main content

Komplikasi Hiperglikemia



Hiperglikemia adalah istilah medis untuk keadaan dimana kadar gula dalam darah lebih tinggi dari nilai normal. Dalam keadaan normal, gula darah berkisar antara 70 – 100 mg/dL. Kadar gula biasanya sedikit meningkat dari nilai normal sesaat sesudah makan, tapi keadaan ini tidak dianggap hiperglikemia (Farid M, 2014). Akan tetapi, hiperglikemia dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti pembahasan dibawah ini.
A.    Nephropathy
Nefropati diabetik (ND) merupakan komplikasi penyakit diabetes mellitus yang termasuk dalam komplikasi mikrovaskular, yaitu komplikasi yang terjadi pada pembuluh darah halus (kecil). Hal ini dikarenakan terjadi kerusakan pada pembuluh darah halus di ginjal. Kerusakan pembuluh darah menimbulkan kerusakan glomerulus yang berfungsi sebagai penyaring darah. Tingginya kadar gula dalam darah akan membuat struktur ginjal berubah sehingga fungsinyapun terganggu (E Probosari, 2013).
Gejala nefropati diabetik dibagi menjadi beberapa tahap, yang paling sederhana adalah 3 tahap, yaitu mikroalbuminuria (berlangsung 5-15 th); makroalbuminuria (5-10 th); dan gagal ginjal terminal (3-6 th). Mogensen membagi ND menjadi 5 tahap dengan menambahkan 2 tahap sebelum mikroalbuminuria pada DM tipe 1. Tahap pertama adalah pembesaran ginjal akibat hiperfiltrasi dan tahap kedua adalah silent stage dimana ekskresi albumin normal tetapi struktur glomerolus berubah (E Probosari, 2013).
Nefropati diabetik, yang merupakan suatu penyakit ginjal kronis, merupakan penyebab terjadinya gagal ginjal terminal yang juga merupakan komplikasi dari penyakit kardiovaskuler. Mekanisme patogenesis antara penyakit kardiovaskuler dan timbulnya nefropati diabetik belum diketahui dengan pasti. Faktor risiko yang sudah diketahui menyebabkan timbulnya nefropati diabetik dan penyakit kardiovaskular adalah hiperglikemi, hipertensi, peningkatan kadar kolesterol LDL, dan albuminuria. Sedangkan faktor-faktor lain yang diduga merupakan faktor risiko adalah hiperhomosisteinemia, inflamasi/stres oksidatif, peningkatan produk akhir glikasi, dimetilarginin asimetrik, dan anemia (E Probosari, 2013).
B.    Retinopathy
Diabetic retinopathy adalah salah satu dari komplikasi-komplikasi vaskular (berhubungan dengan pembuluh darah) yang berhubungan pada diabetes. Persoalan mata diabetes ini disebabkan oleh kerusakan dari pembuluh-pembuluh kecil dan disebut “microvascular complication”. Ketika tekanan darah menjadi tinggi, seperti pada hipertensi, retina menjadi rusak. Bahkan hipertensi ringan bisa merusak pembuluh darah retinal jika segera diobati dalam setahun. Hipertensi merusak pembuluh darah kecil pada retina, menyebabkan dinding mereka menebal dan dengan demikian mempersempit pembuluh darah terbuka dan mengurangi suplai darah menuju retina. Potongan kecil pada retina bisa menjadi rusak karena suplai darah tidak tercukupi. Sebagaimana perkembangan Retinopati Hipertensi (Hypertensive retinopathy), darah bisa bocor ke dalam retina. Perubahan ini menyebabkan kehilangan penglihatan secara bertahap, terutama sekali jika mereka mempengaruhi macula, bagian tengah retina (Farid M, 2014).
Akibat Hyperglycemia, intramural mengalami kematian pericyte dan penebalan membran basement yang mengakibatkan inkompetensi dinding pembuluh darah. Kerusakan ini mengubah pembentukan "penghalang darah retina" ( adalah penghalang darah okular yang terdiri dari sel-sel yang bergabung erat untuk mencegah zat tertentu dari memasuki jaringan retina) dan juga membuat pembuluh darah retina menjadi lebih permeabel. Kematian pericyte terjadi ketika "hiperglikemia terus-menerus mengaktifkan protein kinase C-δ (PKC-δ, dikodekan oleh Prkcd) dan p38 mitogen-activated protein kinase (MAPK) untuk meningkatkan ekspresi dari target sebelumnya tidak diketahui PKC-δ sinyal, Src homologi-2 domain yang mengandung fosfatase-1 ( SHP-1 .), fosfatase protein tirosin ini kaskade sinyal mengarah ke reseptor PDGF - defosforilasi dan pengurangan hilir sinyal dari reseptor ini, mengakibatkan apoptosis pericyte (Farid M, 2014).
Pembuluh darah kecil seperti yang di mata sangat rentan terhadap kelainan gula darah (glukosa darah). Akumulasi berlebih dari glukosa dan / atau fruktosa merusak pembuluh darah kecil di retina. Pada tahap awal, diabetic retinopathy disebut nonproliferative (NPDR, Nonprolifertaif Diabetic Retinopathy), kebanyakan orang tidak melihat adanya perubahan dalam visi mereka. Perubahan awal yang reversibel dan tidak mengancam penglihatan sentral kadang-kadang disebut retinopati simpleks atau background retinopathy. Beberapa orang mengembangkan kondisi yang disebut edema makula (Riani I, 2003). Hal ini terjadi ketika pembuluh darah yang rusak mengalami kebocoran cairan dan lipid ke makula, bagian dari retina yang memungkinkan kita melihat secara detail. Cairan membuat membengkak ke makula yang mengaburkan visi. Retina dapat dianggap sebagai film di kamera. Jika film di kamera rusak, gambar yang dihasilkan akan kabur. Dengan cara yang sama, jika retina mata bengkak, keriput, atau struktural rusak, visi di mata yang akan kabur. Tergantung pada jenis, lokasi, dan tingkat kerusakan di retina, perubahan visi akan berkisar dari minimal sampai parah dan bersifat sementara atau permanen (Parmana A, Tanpa Tahun).
C.    Neuropathy Perifer
Neuropati diabetika merupakan komplikasi yang paling sering pada diabetes mellitus (DM), sekitar 50% dari pasien dengan DM tipe 1 dan tipe 2. Neuropati diabetika perifer meliputi gejala atau tanda- tanda disfungsi pada saraf perifer pada penderita diabetes mellitus setelah penyebab lainnya disingkirkan. Neuropati perifer simetrik yang mengenai system saraf motorik serta sensorik ekstremitas bawah yang disebabkan oleh jejas sel Schwann, degenerasi myelin, dan kerusakan akson saraf. Neuropati otonom dapat menimbulkan impotensi seksual yang bersifat fokal (mononeuropati diabetik) paling besar kemungkinannya disebabkan oleh makroangiopati (Parmana A, Tanpa Tahun).
Banyak teori dari beberapa ahli yang mengemukakan mengenai patofisiologi neuropati diabetik, namun hingga saat ini belum ada patofisiologi yang pasti terjadinya neuropatik diabetik. Faktor- faktor yang diduga sebagai etiologi neurapi diabetik antara lain, vaskular, metabolik, neurotrofik, dan immunologik.  Beberapa teori yang dapat diterima:

1.      Teori Vaskular (iskemik-hipoksia)
Pada pasien diabetes dapat terjadi penurunan aliran darah ke endoneurium yang disebabkan oleh resistensi pembuluh darah oleh akibat hiperglikemia.Biopsi nervus suralis pada pasien diabetes mengalami penebalan pembuluh darah, agregasi trombosit, hiperplasia endothelial dan pembuluh darah, yang semuanya dapat menyebabkan iskemia. Iskemia juga dapat menyebabkan terganggungnya transpor aksonal, aktifasi Na+/K+ ATPase yang akhirnya menyebabkan degenerasi akson (Parmana A, Tanpa Tahun).
2.      Teori metabolik
2.1. Jalur Polyol
Teori jalur polyol berperan dalam beberapa perubahan dengan metabolism ini. Pada status yang normoglikemik, kebanyakan glukosa intraseluler di fosforilasi ke glukosa-6-phosphate oleh hexokinase, hanya sebagian kecil dari glukosa masuk jalur polyol. Pada kondisi-kondisi hiperglikemia, hexokinase yang disaturasi, maka akan terjadi influks glukosa ke dalam jalur polyol. Aldose reduktase yang secara normal mempunyai fungsi mengurangi aldehid beracun di dalam sel ke dalam alkohol non aktif, tetapi ketika konsentrasi glukosa di dalam sel menjadi terlalu tinggi, aldose reduktase juga mengurangi glukosa ke dalam jalur sorbitol, yang mana kemudian dioksidasi menjadi fruktosa (Santoso T Budi, 2009). Dalam proses mengurangi glukosa intraseluler tinggi ke sorbitol, aldose reduktase mengkonsumsi co-faktor NADPH (nicotinamide adenine dinucleotide phosphat hydrolase). NADPH adalah co-faktor yang penting untuk memperbaharui intracelluler critical anti oxidant, dan pegurangan glutathione.Dengan mengurangi jumlah glutathione, jalur polyol meningkatkan kepekaan stress oksidatif intraseluler.Stres oksidatif berperan utama di dalam patogenesis neuropati diabetika perifer.Ada bukti peningkatan oksigen radikal bebas dan peningkatan beberapa penanda stres oksidatif seperti malondialdehide dan lipid hydroksiperoksida pada penderita neuropati diabetika.Indikator kuat untuk membuktikan oleh beberapa penelitian mengenai penggunaan antioksidan baik pada binatang percobaan maupun pada pasien (Parmana A, Tanpa Tahun).

Sorbitol sesudah dioksidasi sorbitol dehydrogenase menjadi fruktosa, mengalami degradasi secara perlahan dan tidak cukup menebus ke membran sel . Akumulasi sorbitol intraseluler mengakibatkan perubahan osmotik yang berpotensi ke arah kerusakan sel. Adanya peningkatan osmolalitas intraseluler, dalam kaitan aliran glukosa kedalam jalur polyol dan akumulasi sorbitol, sebagai akibatnya akan terjadi kompensasi pengurangan endoneural osmolit taurine dan mioinositol untuk memelihara keseimbangan osmotik. Metabolit intraseluler, seperti mioinositol menjadi berkurang dan mendorong ke arah kerusakan sel saraf.Pada percobaan binatang penurunan mioinositol berkaitan dengan penurunan aktivitas Na+/ K+-ATPase dan memperlambat velositas konduksi saraf (Parmana A, Tanpa Tahun).
2.2.Teori AGEs
Peningkatan glukosa intraseluler menyebabkan pembentukan advanced glycosilation products (AGEs) melalui glikosilasi nonenzymatik pada protein seluler. Glikosilasi dan protein jaringan menyebabkan pembentukan AGEs.Glikosilasi nonenzimatik ini merupakan hasil interaksi glukosa dengan kelompok amino pada protein.1 Pada hiperglikemia kronis beberapa kelebihan glukosa berkombinasi dengan asam amino pada sirkulasi atau protein jaringan. Proses ini pada awalnya membentukproduk glikosilasi awal yang reversibel dan selanjutnya membentuk AGEs yang ireversibel. Konsentrasi AGEs meningkat pada penderita DM. Pada endotel mikrovaskular manusia , AGEs menghambat produksi prostasiklin dan menginduksi PAI-1(Plasminogen Activator Inhibitor-1) dan akibatnya terjadi agregasi trombosit dan stabilisasi fibrin, memudahkan trombosis. Mikrotrombus yang dirangsang oleh AGEs berakibat hipoksia lokal dan meningkatkan angiogenesis dan akhirnya mikroangiopati (Parmana A, Tanpa Tahun).
2.3.Teori Aktivasi Protein Kinease C
Aktivasi Protein Kinase C (PKC) juga berperan dalam patogenesis neuropati perifer diabetika. Hiperglikemia didalam sel meningkatkan sintesis atau pembentukan diacylglyserol (DAG) dan selanjutnya peningkatan Protein kinase C. Protein kinase juga diaktifkan oleh stres oksidatif dan advanced glycosilation products (AGEs) (Parmana A, Tanpa Tahun).
Aktivasi protein kinase C menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskular,gangguan sintesis nitric oxyde (NOS) dan perubahan aliran darah.Ketika PKCdiaktifkan oleh hiperglikemia intraseluler, mempunyai efek pada beberapa ekspresigenetik. Vasodilator yang memproduksi endothelial nitric oxyde synthase (eNOS)berkurang, sedangkan vasokonstriktor endothelin-1 (ET-1) akan meningkat. Transformasi Growth Faktor β (TGF-β) dan plasminogen inhibitor -1 (PAI-1) juga meningkat.Dalam endothelial sel, PKC juga mengaktifkan nuclear faktor (NFkB), suatu faktor transkripsi yang dirinya sendiri mengaktifkan banyak gen proinflamasi di dalam pembuluh darah (Parmana A, Tanpa Tahun).
2.4.Teori Nerve Growth Factor
Faktor neurotrophic penting untuk pemeliharaan, pengembangan, dan regenerasi unsur-unsur yang responsif dari saraf.Neurotrophic factor (NF) sangat penting untuk saraf dalam mempertahankan perkembangan dan respon regenerasi.Nerve Growth Factor (NGF) berupa protein yang memberi dukungan besar terhadap kehidupan serabut saraf dan neuron simpatis.Telah banyak dilakukan penelitian mengenai adanya faktor pertumbuhan saraf, yaitu suatu protein yang berperan pada ketahanan hidup neuron sensorik serabut kecil dan neuron simpatik sistem saraf perifer. Beberapa penelitian pada binatang menunjukkan adanya defisiensi neurotropik sehingga menurunkan proses regenerasi saraf dan mengganggu pemeliharaan saraf. Pada banyak kasus, defisit yang paling awal, melibatkan serabut saraf yang kecil. Pada pasien dengan DM terjadi penurunan NGF sehingga transport aksonal yang retrograde ( dari organ target menuju badan sel) terganggu. Penurunan kadar NGF pada kulit pasien DM berkorelasi positif dengan adanya gejala awal small fibers sensory neuropathy (Parmana A, Tanpa Tahun).
3.      Teori autoimun
Neuropati Autoimun adalah mekanisme hasil pengembangan dari neuropati diabetik telah menarik minat untuk dipelajari.Neuropati autoimun dapat muncul dari dari perubahan imunologik sel endothelial kapiler.Teori ini juga mulai dapat dianggap benar atas dasar laporan kesuksesan pengobatan neuropati diabetik dengan menggunakan immunoglobulin ke dalam pembuluh darah (Parmana A, Tanpa Tahun).
D.    Ganguan Pembulu Darah
Gangguan pada Sistem Peredaran Darah Manusia adalah kelainan atau penyakit yang terjadi pada sistem peredaran atau sirkulasi darah manusia baik yang disebabkan oleh faktor internal maupun faktor eksternal. Sistem peredaran darah berfungsi mengangkut makanan dan zat sisa hasil metabolisme. Sistem peredaran darah manusia terdiri dari darah, jantung, dan pembuluh darah. Sistem peredaran darah dapat mengalami gangguan (penyakit) dan kelainan bawaan (faktor genetis). Gangguan atau kelainan peredaran darah manusia dapat dikelompokkan menjadi kelainan pada darah dan kelainan pada pembuluh darah (Crisnawati Y, Tanpa Tahun).
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa penyakit diabetes ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah. Peningkatan kadar gula darah tersebut dapat diakibatkan oleh beberapa hal. Namun umumnya peningkatan kadar gula darah terjadi akibat adanya kerusakan pada sel beta pankreas sehingga insulin yang berguna dalam proses metabolisme gula tidak dapat diproduksi. Selain akibat rusaknya sel beta pankreas, kadar gula yang tinggi juga dapat dipicu oleh adanya resistensi sel reseptor insulin terhadap insulin (Crisnawati Y, Tanpa Tahun).
Hal ini, tentunya akan sangat berdampak pada metabolisme gula karena insulin yang ada tidak akan berfungsi dengan baik dalam membantu proses metabolisme tersebut. Akibat terhambatnya proses metabolisme gula tersebut maka gula akan tetap berada dalam aliran darah. Hal ini tentu saja akan berdampak pada pembuluh darah dan organ-organ yang dilalui pembuluh tersebut. Sebagai contohnya pembuluh darah yang melalui mata. Sepeti biasa pembuluh darah mengalirkan darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh sekaligus membawa zat-zat makanan. Dengan ikutnya gula bersama aliran darah tersebut maka aliran darah akan terhambat. Hal ini akibat timbulnya plak pada pembuluh darah yang jika terus menerus terakumulasi akan menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah. Jika sudah seperti ini maka organ yang dituju oleh pembuluh darah tersebut akan kekurangan suplai oksigen dan nutrisi yang diperlukannya (Crisnawati Y, Tanpa Tahun).


Daftar Pustaka

Crisnawati Y. ___. Pentingnya Mengenali Penyakit Diabetes Yang Mengarah Pada Komplikasi. http://obatkencingmanis.net/akibat-dm/pentingnya-mengenali-ciri-ciri-penyakit-diabetes-yang-mengarah-pada-komplikasi (Diakses 8 Desember 2014).
Farid M, Darwin E, Sulastri E. 2014. Pengaruh Hiperglikemia terhadap Gambaran Histopatologis Pulau Langerhans Mencit. Jurnal Kesehatan Andalas. 3(3); 422-430. http://jurnal.fk.unand.ac.id (diakses pada 6 Desember 2014)

Parmana A.___. Referat Neuropati Diabetes. https://independent.academia.edu/AnnishyaParmana/Papers (Diakses pada 6 Desember 2014)
Riani Indiyarti. 2003. Dampak hiperglikemia terhadap kelangsungan hidup penderita stroke. J Kedokter Trisakti Vol.22 No; 105-109

Santoso T Budi. 2009. Membranous Nephropathy. Detik Health Selasa, 03/11/2009. http://health.detik.com/read/2009/11/03/100740/1233852/770/membranous-nephropathy (Diakses 6 Desember 2014).

Comments

Popular posts from this blog

LEMBAR KERJA SISWA PRAKTIKUM OSMOSIS DAN DIFUSI

LEMBAR KERJA SISWA        I.             Judul                                        : pengamatan pengangkutan bahan pada tumbuhan melalui   osmosis     II.             Mata Pelajaran                         : biologi   III.             Kelas/Semester                         : xi/ganjil   IV.             Waktu                                      : 40 x 2 menit     V.             Petujuk Belajar                         : ·          Baca literature yang berhubungan dengan transport pada membrane ( difusi, osmosis, transport aktif, endositosis, eksositosis) ·          Baca cermat sebelum anda melakukan percobaan ·          Lakukan percobaan menurut langkah-langkah yang telah disajikan   VI.             Kopetensi yang ingin dicapai: Membandingkan mekanisme transport pada membrane ( difusi, osmosis, transport aktif, endositosis, eksositosis). VII.             Indikator                                  : Memahami proses osmosis dalam pengangkutan

MODEL PERSIAPAN MENGAJAR (MODEL ROPERS DAN MODEL SATUAN PELAJARAN)

MODEL PERSIAPAN MENGAJAR (MODEL ROPERS DAN MODEL SATUAN PELAJARAN) INDRA FAUZI 031 008 043 Abstract Teaching methods in the bunk in the form of learning plan for the material presented to be targeted and easily understood by learners to facilitate the delivery of material. Often found on the ground that the master teacher of a subject matter well but can not implement learning activities well. It happened because these activities are not based on specific learning model so that the results obtained by students studying low. There are several models of learning is on offer in the learning of several experts. As ROPERS model and model lesson units in the offer by the experts so as to implement the learning process well. In writing this article is intended for writers to understand about planning model preparation to teach mainly ROPERS model and the model units of learning. In writing this article using theory study where the authors obtain data based on theoretical studies from

EVOLUSI MAKHLUK HIDUP “KENAPA ULAR TIDAK MEMILIKI KAKI”

Indra F Sabban 14/372574/PBI/1279 A. Pendahuluan Reptil (binatang melata) adalah sebuah kelompok hewan vertebrata yang berdarah dingin dan memiliki sisik yang menutupi tubuhnya. Reptilia adalah tetrapoda (hewan dengan empat tungkai) dan menelurkan telur yang embrionya diselubungi oleh membran amniotik. Ular merupakan salah satu reptil yang paling sukses berkembang di dunia. Hal ini dibuktikan dengan keberadaannya sampai saat ini sebagai salah satu makhluk hidup yang mampu bertahan dengan kondisi lingkungannya sehingga mampu melestarikan keturunannya dalam jumlah yang melimpah. Ular adalah reptil yang tak berkaki dan bertubuh panjang. Akan tetapi, apabila dijumpai kasus-kasus kadal tak berkaki (misalnya Ophisaurus spp.) karakter ini menjadi kabur dan tidak dapat dijadikan pegangan. Oleh sebab itu, para ilmuwan berusaha meneliti terkait dengan asal usul ular, cara berjalan yang khas, habitat awal, terjadinya evolusi serta bentuk pertahanan dirinya untuk menjaga kelangsungan hidup